Friday, April 10, 2015

Gedung Bank Indonesia, Surakarta I

BAB I
PENDAHULUAN


Sejarah Gedung Bank Indonesia, Surakarta


          Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta (biasa disebut Solo) memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di sekian lokasi sehingga membentuk beberapa kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-masing.

          Salah satu gedung bersejarah yang masih terawat adalah Gedung Bank Indonesia yang terletak di jalan Jendral Sudirman. Gedung yang letaknya tidak jauh dari Balaikota Surakarta ini mempunyai arti sejarah yang penting, karena pada tanggal 27 Juni 1946 sekelompok pemuda menggunakan gedung ini untuk menculik Perdana Menteri Sutan Syahrir dan tokoh–tokoh lain seperti Menteri Kesehatan dr. Darna Setiawan, Jendral Mayor Sudibyo dan lain–lain. Ternyata dibelakang peristiwa tersebut berdiri “Persatuan Perjuangan” yang dipimpin oleh Tan Malaka, yang semula bernama “Volksfront” yang didirikan di Solo pada tanggal 5 Januari 1946.

          Gedung ini dulu bernama De Javasche Bank (DJB). Merupakan kantor cabang karya arsitek Hulswit, Fermont dan Ed. Cuipers dengan standart gaya neoklasik. Peninggalan De Javasche Bank (DJB) tersebar di berbagai kota di Indonesia. Keberadaan pusaka kota tersebut umumnya terletak dalam posisi ruang kota yang sangat berarti yakni di pusat kota yang sekaligus menunjukkan jati dirinya sebagai salah satu cikal bakal pertumbuhan kota. Sementara dari tampilan fisiknya juga memperlihatkan sosok yang berarti dalam mewakili desain/rancangan pada zamannya. Berbagai bangunan eks-DJB tersebut umumnya kini dimiliki dan dikelola oleh Bank Indonesia (BI).

(Sumber: http://kekunaan.blogspot.com/2012/07/gedung-bank-indonesia-solo.html)

          Meniliki sisi kesejarahan yang sangat berharga dan menonjol serta posisinya kini sebagai aset BI, sudah selayaknya pemanfaatan dan pengelolaan pelestarian termasuk perawatan bangunan-bangunan eks DJB mengikuti kaidah-kaidah pelestarian yang benar. Pelestarian bangunan-bangunan eks DJB lebih jauh diharapkan mampu mendorong pemilik dan pengelola pusaka-pusaka lain di sekililing kawasan melakukan hal yang sama, sekaligus mendorong pengembangan pelestarian pusaka di masing-masing kota di mana bangunan eks DJB berada.

          Dari segi fisik bangunan, Kantor Bank Indonesia Solo memang sudah beberapa kali mengalami perbaikan. Meski demikian, konservasi yang dilakukan tidak meninggalkan keasliannya. Gedung Kantor Bank Indonesia Solo sebelumnya digunakan sebagai kantor operasional Bank Indonesia, namun selepas konservasi pada tahun 2014 ini, gedung tersebut hanya difungsikan sebagai museum dan perpustakaan saja. Sedangkan operasional Bank Indonesia Solo dialihkan di kantor baru yang terletak di sebelah gedung lama.

          Ditilik dari segi arsitektur bangunan, sejak awal berdiri hingga saat ini memang tak banyak mengalami perubahan. Beberapa ciri khasnya antara lain Pilaster, bagian bangunan yang berguna untuk memperkuat dinding. Bagian ini serupa kolom yang menyatu dengan dinding pada jarak-jarak tertentu. Pilaster terlihat pada bangunan ek De Javache Bank yaitu pada bagian yang mengapit jendela atau pintu.

      Bagian lain yang menarik dari bangunan ini adalah oculus atau jendela. Oculus merupakan lubang ventilasi atau jendela yang berbentuk lingkaran. Moulding atau profil pada dinding bangunan ini juga merupakan artefak yang indah. Melihat ke  arah penutup bangunan yang berada pada puncak bangunan, ternyata multifungsi, karena dapat dipergunakan untuk pencahayaan ataupun sebagai hiasan. Bagian puncak ini disebut dengan nama louvre.

          Sejumlah bagian lain yang tak kalah menyita perhatian  yakni balustrade atau pagar pada atap bangunan. Ada pula jendela kecil pada artic yang disebut lucarne. Tampak juga konstruksi dinding yang berbentuk segi tiga yang diletakkan di atas pintu jendela sebagai hiasan. Satu hal lagi yang tak ketinggalan adalah hiasan berukir pada atap atau pada tympanum yang disebut sebagai amortizement.


Sumber:

http://kekunaan.blogspot.com/2012/07/gedung-bank-indonesia-solo.html
http://a-life-sketch.blogspot.com/2012/07/bangunan-konservasi-gedung-bank_10.html
http://joglosemar.co/2014/10/kantor-bank-indonesia-solo-arsitektur-sarat-sejarah.html